Awalnya aku adalah pegawai di dealer mobil milik mertuaku, putrinya jatuh cinta padaku. Walaupun ayahnya tidak menyetujui pernikahan kami, tapi karena putrinya mengunakan nyawanya sebagai ancaman, akhirnya dengan terpaksa ayahnya pun setuju.
Istriku adalah putri satu-satunya, lalu ibu mertuaku sudah lama meninggal, maka ayah mertuaku ini sangat menyayangi putrinya. Setelah menikah, aku baru tahu sifat aslinya, mudah marah, emosian, gak sabaran, setiap hari dandanannya tebal sekali, hobi satu-satunya adalah main mahjong, pekerjaan rumah tangga semuanya dikerjakan oleh bibi pembantu.
Walaupun kadang aku tidak tahan dengan istriku ini, tapi ayah mertuaku sangat menghargaiku, bahkan pernah memberitahu bahwa suatu hari usahanya ini akan diserahkan padaku. Setelah mendengarnya, hatiku merasa terhibur, dan aku makin giat bekerja!
Kemudian, ayah mertua kena stroke sehingga harus di rawat inap di Rumah Sakit, aku pergi ke Rumah Sakit setiap hari sepulang kerja untuk merawatnya, menemaninya ngobrol. Tapi istriku, anak kandungnya sendiri malah sering menghilang, tidak bisa dihubungi. Aku tahu ayah mertua sangat rindu padanya.
Hari itu, kuterima surat pemberitahuan dari rumah sakit, yang isinya tentang penyakit ayah yang memburuk, lalu aku pun menelepon istriku berkali-kali sampai sekitar 1,5 jam, tapi tidak ada satu pun panggilan yang diangkat. Tak lama kemudian, ayah mertuaku pun meninggal dengan penuh penyesalan. karena bahkan di saat terakhirnya pun ia tidak bertemu dengan putri kesayangannya, hatiku miris sedih dan menangis sejadi-jadinya. Di tengah malam, aku menerima kiriman foto dari istriku, semua foto itu adalah foto-foto dimana dia sedang berhura-hura pesta pora dengan teman-temannya, traveling ke luar negeri...
Ayah kandungmu menderita terbaring di rumah sakit, dan kamu bukannya datang merawat ayahmu, kog malahan pergi jalan-jalan happy happy ke luar negeri? Sikapmu yang seperti ini membuatku mati rasa denganmu, benar-benar tak habis pikir. Tanpa berpikir panjang, aku pun Langsung mengambil selembar kertas di atas meja, dan kutulis "surat gugatan cerai" semalaman.
Selama bertahun-tahun, akhirnya aku melihat jelas watak aslinya, egois dan selalu semaunya saja. Aku sudah bersabar selama bertahun-tahun hingga akhirnya aku tidak kuat lagi. Tapi siapa yang bisa tahan sih, melihat bagaimana balasan putrinya ke ayahnya yang sangat menyayanginya.. Bukannya menjenguk, malahan pergi happy-happy!! Duh! duh! kita jangan seperti itu ya, sayangi dan kasihilah orang tuamu, ok? Yuk, bagikan kisah ini ke teman-temanmu!
@Cerpen.co.id