Aku dan istriku kenal karena kami dipertemukan oleh teman kami, hubungan kami sangat baik. Kehidupan kami sangat baik, kami bahkan dianugerahkan seorang putri yang periang, kami sangat bahagia. Tapi ternyata kehidupan yang bahagia ini tidak berlangsung lama. Suatu hari saat istriku pulang dari kantor karena lembur, dia ditabrak oleh sebuah mobil yang dikendarai oleh seseorang yang sedang mabuk dan meninggal di tempat. Kami mendapat kompensasi sekitar 500 juta rupiah, tapi aku kehilangan istriku. Soal uang ini, tidak ada seorang pun yang meminta ataupun mempermasalahkan jumlahnya. Karena itu kupakai 400 juta untuk membayar habis cicilan rumah dan sisanya kutabung.
Beberapa hari setelah kejadian ini, mama mertuaku menelepon. Katanya beliau kangen dengan aku dan anakku, memintaku untuk tinggal di rumah mereka beberapa saat. Aku pun menyetujuinya. Setelah beberapa hari disana, mama mertuaku tiba-tiba menanyakan aku. Katanya aku jaga anak sendirian akan susah. Pekerjaanku nggak bisa membuatku ada di rumah dalam waktu yang lama. "Cici iparmu kan masih single, dia juga belum ada apa-apa yang harus dibiayai. Umur kalian juga cuma beda 2 tahun, dia juga sayang sama cucuku yang 1 ini. Kalau suatu hari mau menikah lagi, aku khawatir dia nggak suka anak ini. Nanti hidupnya jadi susah. Gimana kalau kamu menikah sama cici iparmu aja?"
Cici iparku pernah menikah sekali. Tapi akhirnya bercerai karena suaminya tidak bisa menerima cici iparku yang nggak bisa hamil. Awalnya, aku menolak soal mengambil cici iparku jadi istriku. Di dalam hatiku masih ada kesedihan yang belum terselesaikan. Tapi karena alasan-alasan yang diberikan keluargaku, aku mulai berpikir. Kalau kupikir-pikir, kata-kata keluargaku nggak ada salahnya. Cici iparku orang yang baik-baik. Aku pun menyetujuinya. Cici iparku sangat sayang dengan anakku. Aku sendiri bahkan bisa beberapa kali melihat bayang-bayang istriku.
Di malam pertama setelah kami menikah, aku nggak menyangka cici iparku akan berkata, "Kamu orangnya baik banget, jujur, tapi kamu jangan ragu ya buat ungkapin perasaan kamu. Kalau nggak, pernikahan kita susah bahagia." Dari pembicaraan kami semalaman itu, aku akhirnya tahu kalau kami disatukan karena uang kompensasi yang aku dapatkan itu. Memang benar aku sudah memakai uang itu untuk membayar cicilan rumah dan rumah itu sekarang sudah milikku. Tidak ada hubungannya dengan siapapun. Masalahnya kalau aku akhirnya menikah dengan orang lain, keluarga almarhum istriku jadi tidak mendapatkan kompensasi apapun. Cici iparku berkata kalau hari itu aku tidak memutuskan untuk menikahinya, mama mertuaku mungkin akan meminta sebagian dari uang itu. Mendengar hal itu, aku menangis. Perasaanku kacau. Malam itu, aku hanya bisa menangis di pelukan cici iparku...
Gimana pendapatmu soal pernikahan ini Sobat